Sabtu, 29 Desember 2012

"Air Untuk Hidup" (mu)

Musim hujan tiba-tiba saja sudah datang tapi air tetap saja jadi masalah, bukan cuma jakarta saja yang kerepotan karena musim hujan datang. tapi itulah manusia, yang lebih banyak mengeluh dan kurang rasa bersukurnya, saat musim kemarau kita kesulitan untuk mencukupi kebutuhan air baik untuk kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) hingga air minum kita sering merasa kesulitan, karena baik PDAM maupun perusahaan air minum dalam kemasan pun kadang mengalami kesulitan Baku Air untuk produksi mereka.

Tapi pernahkan Anda bayangkan hal ini juga menjadi permasalahan serius bagi Kami masarakat yang tinggal di lereng gunung, ini semua terjadi karena kebutuhan ekonomi jauh mengalahkan pentingnya upaya pelestarian alam, pohon-pohon yang dahulu begitu hijau menghiasi lereng gunung kini telah hilang dan berganti menjadi hijaunya kebun sayur, kini saat hujan datang masarakat pun hanya bisa pasrah di penuhi rasa was-was jangan-jangan akan terjadi longsor. Mungkin ada yang kemudian berpikir, "kalau takut longsor kenapa tidak di tanami pohon tanaman keras di tepian bukit", maka kalau ada yang menyarankan hal ini pasti akan dijawab, "itu tidak mungkin, karena pohon itu nanti akan menghalangi sinar matahari dan mengganggu kebun sayur mereka."

Bagi masarakat perkotaan mungkin tidak pernah berpikir panjang tentang penyedian Baku Air untuk kehidupan, jika butuh air untuk MCK tinggal telpon PDAM dan minta pemasangan ke rumah air pun mengalir, jika di rasa air dari PDAM kurang layak minum tinggal beli air galon, namum kami yang tinggal di pegunungan yang tidak dilayanai oleh PDAM harus berpikir keras, dan juga tentu harus mengusakahan kebutuhan akan air minum ini dengan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Air Baku harus di alirkan dari mata air yang letak nya jauh diatas perbukitan, yang berjarak hingga 4 km, untuk ini maka banyak di bentuk rombongan air karena biaya pembelian pipa untuk mengalirkan air ini terlalu mahal jika hanya ditanggung perseorangan, upaya ini dilakukan karena di area pegunungan seperti di lereng Dieng tidak mungkin untuk dibuat sumur karena struktur geologis tanahnya. Air Baku yang dialirkan secara swadaya ini kemudian ditampung di bak penampung milik tiap-tiap rombongan, yang kemudian dialirkan dengan pipa ke rumah-rumah anggota rombongan.


Permasalahan Air menjadi cukup serius karena meskipun kami tinggal di lereng gunung saat musim kemarau karena sedikitnya tanaman keras di pebukitan, menyebabkan debit mata air menjadi kecil, belum lagi jika harus berebutan dengan para petani yang juga membutuhkan air untuk menyirami tanaman pertanian mereka. Permasalahan baru muncul saat musim hujan, karena saat hujan deras datang atau durasi hujan cukup lama bisa menyebabkan bak penampung terkena longsoran tanah, longsoran tanah ini juga bisa mengakibatkan pipa air yang ada di lereng-lereng gunung putus, saya  sungguh terkejut saat ikut naik gunung untuk pertamakalinya, ternyata setelah melewati perkebunan kentang, jalan diteruskan mendaki dengan lereng yang cukup curam tanpa ada jalan setapak yang bisa dilewati, dan dengan memikul pipa air di pundak kami hanya bisa mengandalkan rumput yang tumbuh di lereng curam itu untuk berpegangan, tanpa ada safety equipment sama sekali yang mengamankan tubuh kami, saya sempat membayangkan, jika sampai terpeleset di lereng yang curam ini jika hujan mulai turun tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengevakuasi tubuh kami. Sungguh pengorbanan yang luar biasa, karena orang-orang ini melakukan tugasnya tanpa imbalan sama sekali.

Merasakan pengalaman ini saya menjadi mengerti betapa berharganya tetesan air yang mengalir ke rumah kami. Walau kadang debitnya begitu kecil hingga jika kami perlu untuk mengisi bak air harus menunggu cukup lama tapi perjuangan untuk mendapatkan "Air untuk Hidup" kita, menjadi terasa begitu penting untuk bisa kita jaga. Melalui jalan panjang akhirnya walaupun jumlahnya masih sedikit di lereng-lereng yang rawan longsor dan dekat mata air kini sudah mulai ditanam pohon-pohon tanaman keras, sehingga terasa lebih aman untuk kelangsungan mata air kami.